Ada satu momen menarik selama bulan puasa sepanjang tepi Sungai
Kapuas di Kota Pontianak, Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Meriam
berderet-deret sepanjang tepian. Meriam itu bukan meriam mesiu seperti
gambar perang dengan VOC, pipa logam di atas gerobak/kereta, tetapi
meriam karbit yang dibuat dari ruas-ruas bambu, batang kelapa atau
dari batang pohon lain yang diameternya bisa mencapai 60 cm. Jika kita
berperahu menyusuri Sungai Kapuas, seolah-olah moncong-moncongnya
diarahkan ke kita.
Untuk menyambut malam takbiran Idul Fitri 1431 Hijriyah, sebanyak 48
meriam dari kampung dan gang-gang di pinggiran Sungai Kapuas akan
dilibatkan dalam Festival Meriam yang biasa dilaksanakan di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat. Festival itu digelar setiap tahun, untuk
Idul Fitri 1431 Hijriyah, akan dipusatkan di Gang Kuantan di wilayah
Kecamatan Pontianak Selatan.
Tradisi membunyikan meriam saat menyambut Lebaran sudah ada sejak
berdirinya Kota Pontianak pada 1771 Masehi oleh Syarif Abdurrahman
Alkadrie. Menurut sejarahnya, saat hendak membangun kota, Syarif
Abdurrahman Alkadrie yang bergelar Sultan membunyikan meriam. Peluru
tempat jatuhnya meriam tersebut menjadi tanda tempat berdirinya kota
sekaligus sebagai upaya untuk mengusir hantu di tempat dibangunnya Kota
Pontianak
Tradisi membunyikan meriam karbit dahulu dilakukan selama Ramadhan
hingga berakhirnya Lebaran. Namun lima tahun terakhir di era Walikota
Buchary Abdurrahman, Pemerintah setempat membuat peraturan, meriam
karbit hanya dapat dibunyikan pada saat tiga hari sebelum lebaran dan
tiga hari setelah lebaran dengan alasan mengganggu ketenteraman
masyarakat.
Hingga saat ini peraturan membunyikan meriam hanya berlaku saat malam
takbiran hingga hari ketiga setelah Lebaran. Untuk menyemangati warga
di pinggiran Sungai Kapuas agar tidak kecewa dengan adanya peraturan
tersebut, Pemerintah Kota Pontianak merancang kegiatan berupa festival
meriam karbit pada setiap malam takbiran.
FOTO-FOTO TRADISI MERIAM PONTIANAK
Source: Taryadi
Photos: Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar